Advertisement
Dalam agresi militernya, Israel memakai sistem pertahanan canggih Iron Dome yang memungkinkan negri zionis itu terlindung dari serangan roket pejuang di Gaza.
Sedangkan di pihak Gaza sendiri, tanpa perlindungan apapun,
persenjataan terbatas, dan wilayah penuh warga sipil yang diserang
bertubi-tubi dengan persenjataan terbaru dari arah laut, darat, dan
udara membuat korban yang jatuh sampai usai Idul Fitri mencapai hampir
1200 jiwa. Benar-benar sebuah pembantaian biadab.Kondisi tersebut memancing reaksi dari berbagai pihak, termasuk para peretas atau hacker yang disangkakan bekerja sama dengan pihak militer Tiongkok. Mereka meretas dan mengambil sejumlah data yang ‘sensitif’ perihal Iron Dome Israel yang ternyata pengadaannya didanai pula oleh Amerika.
Laporan mengenai peretasan tersebut dilakukan oleh kelompok cybersecurity, Cyber Engineering Services (CyberESI) yang tertulis dalam blog analis keamanan independen, Brian Krebs.
Dilansir oleh laman Liputan6, dari Belfast Telegraph, Brian Krebs menulis bahwa target para hacker adalah kontraktor pertahanan Israel Aerospace Industries (IAI), Rafael Advanced Defence Systems, dan Elisra Group.
Data yang dicuri termasuk sensitif, sebab berisi dokumen teknis mengenai persenjataan Israel mulai dari roket balistik hingga drone. Namun CyberESI menduga bahwa para hacker sedang mencari informasi penting terkait Iron Dome.
Hacker tersebut juga dituduh mencuri dokumen 900 halaman tentang skema sebuah rudal bernama Arrow III, hasil desain Boeing dan kontraktor pertahanan AS.
Namun pihak kontraktor Israel (IAI) sendiri tak melaporkan kejadian pembobolan dengan alasan bahwa yang dicuri hanyalah informasi lama. IAI sudah melakukan tindakan pencegahan pembobolan, terang mereka.
Sementara para anggota hacker dalam kelompok Comment Crew sejumlah 5 orang telah ditangkap dengan sangkaan melakukan peretasan pada perusahaan swasta, oleh Departemen Kehakiman AS.
Advertisement